05 December 2009
Terungkap! FBI Sewa Orang untuk Mengintai Masjid
Pasukan Filipina Bakar Masjid di Zamboanga
Pasukan Filipina Bakar Masjid di Zamboanga
Pihak pejuang Muslim Moro berjanji tidak akan merespon peristiwa ini dengan mengerahkan pasukan, karena pihaknya terikat dengan perjanjian
Hidayatullah.com--Sebuah masjid di Panubigan, Siocon, Zamboanga beserta 14 rumah dibakar oleh Angkatan 44 Batalyon Infanteri Angkatan Darat Filipina. Sebagaimana dilansir oleh luwaran.com (3/12), reporter situs pro pejuang Moro ini juga berada di tempat kejadian saat masjid dan rumah-rumah tersebut masih terbakar. Peristiwa itu sendiri terjadi sekitar pukul delapan malam. Pembakaran beberapa rumah penduduk tak berdosa dan para pejuang Moro itu dilakukan oleh pasukan Filipina yang berpangkalan di dekat Siraway, kota yang berada di propinsi Zamboanga. Militer Pilipina sendiri beralasan bahwa mereka sedang melakukan operasi melawan para penculik. Dan menururt mereka, para penculik adalah bekas anggota MNLF (Front Pembebasan Nasional Moro), yang sudah tidak berkuasa lagi. Akan tetapi pihak MILF (Front Pembebasan Islam Moro) tidak menerima alasan itu. Untuk menangkap penculik tidak perlu membakar rumah penduduk, apalagi masjid. MILF sendiri berjanji akan melakukan tindakan merespon peristiwa ini. Untuk menyelesaikan masalah ini, MILF tidak menggunakan pasukan mereka, karena sudah diteken perjanjian gencatan senjata antara pihaknya dengan pihak Filipina. Pihak MILF akan mengajukan kasus ini kepada komite gencatan senjata Filipina. Dengan adanya kejadian ini, kepercayaan rakyat Moro dan MILF terhadap komitnmen Filipina dalam perdamaian mulai menurun, apalagi sebelumnya telah terjadi beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh militer Filipina. Pada tanggal 11 Oktober 2009 lalu, beberapa personel tak dikenal dari Angkatan 44 Batalyon Infanteri juga telah melakukan penggeledahan terhadap rumah warga sipil di Barangay Balatakan. Dan pada tanggal 29 di bulan yang sama, militer Filipina membakar rumah warga Barangay Moro Salvacion. [tho/lwr/www.hidayatullah.com]
30 April 2009
Nenek Obama Akan Berangkat Haji
Wednesday, 29 April 2009 19:35 |
Mama Sarah, nenek Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama mendapat undangan dari Emirat Arab untuk naik haji
Hidayatullah.com--Nenek Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama, Sarah Obama (87) telah menerima undangan dari konglomerat properti Persatuan Emirat Arab (UAE) Dr Sulaiman Al Fahim untuk menunaikan ibadah haji tahun ini, demikian sebuah laporan media. "Saya menemukan ia belum melakukan ibadah haji dan ia sangat ingin pergi. Karena ibu saya tak lagi bersama kami, keluarga kami punya tempat kosong. Maka saya mengundangnya dan ia menerima undangan itu," kata pimpinan Hydra Properties seperti dikutip Arabian Business. "Saya sangat ingin (mengundangnya)," kata Dr Al Fahim, yang media penyedia berita bisnisnya melaporkan, bertemu Mama Sarah dalam lawatan ke Kenya pekan lalu. Al Fahim, setelah terpilih sebagai Duta Besar kemauan baik (goodwill) untuk mendukung Millennium Development Goals (MDGs), ia pergi ke Kenya untuk melancarkan kampanye antikekurangan gizi di kawasan itu. Hal ini tentu membahagiakan. Sebab, kampung Obama di Kenya akhir-akhir ini juga gencar ajakan ke agama lain sehingga meresahkan tokoh agama di Kenya. Sarah sempat hadir pada pelantikan Obama sebagai presiden AS awal tahun ini. Masuk Kristen? Sebelum ini, nenek dengan nama lengkap Sarah Obama ini sempat dikabarkan akan dibaptis Gereja Advent Hari Ketujuh yang terletak di sebelah barat Kota Kisumu. Nenek yang sudah berusia lanjut ini tak menduga jika undangan kehadirannya di tempat ibadah itu justru sebagai rencana tersembunyi kelompok tertentu agas dapat berpindah agama. Menurut salah seorang kerabatnya di perkampungan Kogelo, kampung halaman ayah Obama, Mama Sarah terkejut mendapat undangan dari gereja itu. Mengetahui dirinya bakal dibaptis, Mama Sarah pun menolak undangan dari Gereja Advent Hari Ketujuh. Said Obama, saudara tiri Presiden Obama, menuturkan, pastor gereja itu telah melakukan pendekatan kepada Mama Sarah. Menurut Said Obama, sang pastor menyatakan bahwa Mama Sarah bisa menjadi seorang Kristiani. Upaya pemurtadan yang akan dilakukan terhadap Mama Sarah oleh Gereja Advent Hari Ketujuh itu menuai reaksi keras dari kalangan umat Islam di negara berpenduduk 32 juta jiwa itu. Betapa tidak, Sarah telah menjelma menjadi seorang selebritas di Kenya, sejak cucunya yang kini menjadi presiden Amerika Serikat mengunjunginya pada 2006. Bahkan, setelah sang cucu terpilih sebagai presiden AS berkulit hitam pertama, kampung halaman dan rumahnya telah menjadi tempat wisata. Para wisatawan pun berbondong-bondong mengunjungi Kampung Kogelo. Bulan lalu, Pemerintah Kenya telah menjadikan kampung itu sebagai kawasan bersejarah yang dilindungi. Majelis Ulama dan Imam Kenya mengecam rencana pemurtadan yang akan dilakukan Gereja Advent Hari Ketujuh terhadap Mama Sarah. Sekretaris Majelis Ulama dan Imam Kenya, Syekh Mohamed Khalifa, seperti dikutip kantor berita AFP, menilai upaya yang dilakukan pihak gereja itu sebagai bentuk provokasi. "Saya menyesalkan upaya yang dilakukan pihak gereja yang memaksa Mama Sarah untuk berpindah agama,” papar Syekh Khalifa. “Mengapa hanya dia? Mengapa hal itu tak dilakukan sebelum Obama menjadi presiden? Apakah mereka melihatnya sebelum cucunya menjadi presiden? Kami siap melindungi agama kami, ” tutur Syekh Khalifa menegaskan. Menurut dia, Mama Sarah terlahir sebagai seorang Muslim dan akan meninggal sebagai Muslim pula. “Isu pemurtadan tak akan lagi terjadi di sini ataupun di sana,” ungkap Syekh Khalifa. Menurut Syekh Khalifa, tindakan gereja itu sebagai sebuah provokasi. “Mereka tak memiliki izin dari Yesus untuk memurtadkan seseorang. “Syekh Khalifa pun menantang pihak gereja untuk menyebutkan ayat dalam Bible yang mengizinkan mereka untuk memurtadkan seseorang. Keluarga ayah Presiden Obama di Kenya memang beragama Muslim. Tak heran, jika sekitar 11 persen rakyat Amerika Serikat (AS) masih menganggap Presiden yang benama lengkap Barack Husein Obama adalah seorang Muslim. Menurut hasil survei yang digelar Pew Research pada pertengahan Maret lalu, satu dari 10 penduduk negeri Paman Sam meyakini bahwa Obama sebagai pemeluk agama Islam. Hasil survei yang melibatkan 1.308 responden itu sungguh menarik. Pasalnya, saat dilantik pada 20 Januari lalu, Obama disumpah dengan menggunakan Bible. Namun, publik AS masih berpikir bahwa Obama adalah seorang Muslim. Berdasarkan studi itu, satu dari lima penganut agama Protestan Evangelis meyakini bahwa Obama yang memiliki nama tengah bernuansa Islami itu sebagai seorang Muslim. Yang lebih mencengangkan, 17 persen pendukung Partai Republik juga berpendapat bahwa presiden berkulit hitam pertama di AS itu juga sebagai penganut Islam. Hanya sekitar 38 persen dari penganut Protestan Evangelis dan 46 persen pendukung Partai Republik yang meyakini bahwa Obama sebagai pemeluk agama Kristen. Sementara itu, sebanyak 55 persen pendukung Partai Demokrat berpendapat, Obama penganut Kristen.. “Tujuh persen pendukung Demokrat meyakini bahwa Obama seorang Muslim,” ungkap Pew Research dalam laporannya, seperti dikutip ABC News, beberapa waktu lalu. [abcn/ihj/www.hidayatullah.com] |
05 April 2009
Maftuh Basyuni Ahmadiyah ?
Friday, 03 April 2009 | |
Entah apa yang dicari Menag Maftuh Basyuni? Pernyataannya di media massa (Republika 3/ 4): Tuntutan Pembubaran Ahmadiyah Tak Pada Tempatnya! Benar-benar sangat menyakiti hati umat! Tidak pantas disampaikan oleh pejabat muslim, apalagi Menteri Agama! Apakah Maftuh tidak pernah mengaji bahwa baginda Rasulullah menghukumi mati orang yang membenarkan nabi palsu Musailamah al khaddzab dan Khalifah Abu Bakar Shidiq memerangi musailamah dan para pengikutnya? atau sekedar sikap arogan Maftuh terhadap umat yang merupakan tipikal para pejabat orde baru dimana dia pernah menjadi kepala rumah tangga istana dimasa itu. Menanggapi demo FPI bersama ormas-ormas islam yang tergabung dalam FUI untuk menuntut Pembubaran Ahmadiyah (1/4) Maftuh mengatakan kepada media massa“Sikap pemerintah sudah tertuang dalam SKB tiga menteri (Menag, Mendagri dan Jaksa Agung) soal Ahmadiyah. Dalam poin keenam, yaitu soal pengawasan dan penyadaran, kan, memang belum dilaksanakan sepenuhnya, artinya masih berlangsung sampai saat ini. Jadi tidak tepat jika kemudian minta dibubarkan, karena SKB itu belum sepenuhnya dilaksanakan,“. Menag mengibaratkan SKB dengan keppres pembubaran Ahmadiyah seperti wudhlu dengan shalat. “Jadi jika wudhlu nya belum dilaksanakan semuanya, tentunya belum bisa melaksanakan shalat. Ibaratnya seperti itu. Justru Menag mengharapkan semua pihak untuk ikut mengawasi pelaksanaan SKB tersebut di lapangan. Pernyataan Menag bahwa soal pengawasan dan penyadaran itu masih berlangsung tidak bisa dipercaya. Sebab, sudah dua kali saya sebagai Sekjen FUI ketemu pejabat Depag. Pertama, sekitar bulan November 2008 saya bersama Almarhum KH. Fadoli El Muhir (FBR) dan ikhwan-ikhwan dari DPP-FPI mendemo Depag dan wakil pendemo diterima Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Sdr Abdul Fattah yang didampingi sejumlah koleganya. Pada kesempatan tersebut Ustadz Ja’far Shodiq dari DPP-FPI mencecar bagaimana pembinaan dan pengawasan oleh Depag, sebab KUA Ciputat saja yang cuma belasan kilometer dari markasnya Maftuh di Lapangan Banteng tidak tahu menahu soal SKB padahal di situ ada markas Ahmadiyah yang oleh masyarakat akhirnya ditutup karena melakukan aktivitas. Jadi aparat Depag yang digaji jangan malah menyuruh masyarakat yang tidak digaji! Ternyata anak buah Maftuh tidak bisa menjawab dengan baik. Dia mengatakan kami sudah mengirim fax dari SKB itu ke Kandepag-kandepag. Weleh-weleh…bagaimana pula dengan pembinaan dan pengawasannya? Sekali lagi anak buah Maftuh tidak bisa memberikan penjelasan tentang pembinaan dan pengawasan…kalau memang benar mereka melakukannya! Mereka berterima kasih sekali bahwa mereka mendapatkan bukti pelanggaran yang dibawa oleh FUI berupa copy Majalah Suara Ansharullah edisi Juli dan Agustus 2008 yang isinya masih mengajarkan ajaran asli Ahmadiyah! Ketidakberesan kerja Maftuh dan anak buahnya itu tampak sekali pada upaya berkali-kali Kabaintelkam Irjenpol Saleh Saaf dan anak buahnya untuk memindahkan jalur longmarch demo FUI tuntut pembubaran Ahmadiyah 5 Maret 2009 dan minta kalau ada bukti pelanggaran SKB laporkan kepada aparat dan silakan datang ke Depag ketemu para pejabat yang mengeluarkan SKB termasuk beliau dengan membawa bukti-bukti tersebut. Saya katakan pada waktu itu bahwa FUI sudah serahkan bukti tersebut ke Depag. Pak Saleh Saaf mengatakan bahwa belum ada, ya bawa lagi aja dst… Saya nggak mengerti bagaimana suatu bukti pelanggaran SKB sudah diterima pejabat depag dan berjanji akan disampaikan ke Menteri kok lalu dikatakan nggak ada? Saya mendapatkan pernyataan serupa dari Kabalitbang Depag Prof Atho Mudzhar, saya katakan bahwa bukti sudah diberikan kepada Pak Abdul Fattah. Kedua, saya bersama KH. Mahrus Amin (Ketua BKSPP) dan Ust Sobri Lubis (Sekjen DPP FPI) diundang Dirjen Bimas Islam Prof Nasarudin Umar yang didamping Kabalitbang Depag Prof Atho Mudzhar dan sejumlah pejabat Depag pada hari Senin dua hari sebelum demo 1 April. Prof Atho menyampaikan pandangan dia tentang keharusan adanya putusan pengadilan terhadap Ahmadiyah sebelum rekomendasi Menag cs kepada Presiden untuk keluarkan Keprres. Sekali lagi di situ para bawahan Maftuh tidak menyebutkan bagaimana hasil pembinaan dan penyadaran yang mereka lakukan. Tidak ada tanda-tanda bahwa mereka melakukan pembinaan dan penyadaran Amadiyah. Kalau ada mestinya diceritakan biar sedikit. Mereka samasekali tidak membicarakan bagaimana pelaksanaan program pembinaan, penyadaran, dan pengawasan terhadap orang-orang ahmadiyah. Dalam pertemuan tersebut mereka memaparkan pandangan pemerintah bahwa pembubaran ahmadiyah dengan Kepres itu harus melalui mekanisme pelanggaran SKB yang diajukan kepengadilan. Lalu dengan keputusanpengadilan yang menyatakan pengurus ahmadiyah bersalah barulah Menag cs membuat rekomendasi kepada presiden untuk membubarkan ahmadiyah.. Tentu saja tesis Prof Atho ini diragukan efektivitasnya oleh Ust. Sobri Lubis, karena kasus pelaporan Playboy ke Pengadilan Jaksel berujung pada pelegalan Playboy.Hakim pada saat itu memutuskan bahwa KUHP pasal 182 tidak layak dipakai untuk menuntut terdakwa Erwin Arnada???? Saya sempat sampaikan kepada para bawahan Maftuh agar menguatkan Presiden segera keluarkan Keppres sebelum terlambat. Sebab, menurut pemahaman saya melaksanakan Pasal 2 ayat 2 UU No 1 PNPS/1965 itu tidak harus melalui keputusan pengadilan. Ini juga yang sempat dibicarakan di MUI sebelum kejadian Monas 1 Juni 2008. Presiden bisa langsung membubarkan berdasarkan rekomendasi tiga menteri. Perlu saya sampaikan disini bahwa Jaksa Agung di masa Abdurrahman Saleh (2005) pernah menyampaikan bahwa pemerintah gamang menghadapi tantangan luar dan dalam negeri untuk mengeluarkan keppres, kecuali kalau umat memberikan tekanan yang sangat besar dan bulat sikapnya. Prof Atho menyatakan belum pernah mendengar. Mungkin disini Mantan Jaksa Agung Abdurrahman Saleh bisa bicara. Atau kawan-kawan tokoh-tokoh FUI yang hadir di Kantor Jagung di Blok M waktu itu seperti Ahmad Sumargono, Geisy Amar, dll Jadi omongan Maftuh bahwa perumpamaan SKB terhadap Keppres itu laksana wudlu sebelum sholat bisa kita simpulkan bahwa Ahmadiyah tidak akan pernah dibubarkan karena para pejabat Depag toh tidak ada tanda-tanda pernah melakukan penyadaran dan pengawasan! Bahkan menurut suatu sumber terpercaya, SKB sedianya akan ditandatangani oleh SBY, tapi dicegah oleh Maftuh. Saya jadi teringat kabar Menteri Agama menghalangi Presiden SBY bersilaturrahmi ke Majelis Tafsir Al Quran Solo baru-baru ini. Untunglah langkah aneh Maftuh itu sempat dikoreksi. Apa yang anda cari pak Menteri? Menanggapi pernyataan Menteri Agama Maftuh Basyuni yang menyatakan bahwa tuntutan pembubaran Ahmadiyah yang dilakukan oleh FPI dan FUI tidaklah pada tempatnya, Habib Rizieq Syihab malah balik mencurigai Maftuh Basyuni seorang Ahmadiyah. “Karena hingga saat ini dia tidak membuat mekanisme pemisahan Ahmadiyah dari kaum muslimin. Sehingga Ahmadiyah dengan leluasa menikahi wanita muslimah dan masuk Haramain untuk haji dan umarah serta dimakamkan di pemakaman umat Islam” jelas Ketua Umum FPI itu pada Suara Islam, Jumat (3/4). Lebih lanjut Habib Rizieq menyatakan bahwa dalam soal SKB pun Menteri Agama tidak pernah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya, apalagi mengambil tindakan terhadap pelanggarannya. “Ada apa?” tanya Habib Rizieq. “Menurut saya, mesti ada litsus (penelitian khusus) terhadap aqidah Maftuh Basyuni. Apalagi ada informasi bahwa di Depag sejak lama ada oknum pejabatnya yang Ahmadiyah, bahkan pernah menempati eselon satunya. Litsus ini pun mesti dilakukan terhadap aqidah SBY, karena dia begitu “keukeuh” melindungi Ahmadiyah, jangan-jangan selama ini umat Islam sudah kecolongan mendapat Presiden yg Ahmadiyah?”ungkap Habib. (mj/shodiq ramadhan/suara-islam.com) |
Pilih PKS = Pilih Partai Demokrat
Pilih PKS = Pilih Partai Demokrat
Tifatul Sembiring Dukung SBY |
Friday, 03 April 2009 | |
Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Tifatul Sembiring, menyatakan dukungan kepada Susilo Bambang Yudhoyono mengalir begitu saja di dalam partainya. Namun semua dukungan itu masih tentatif, sampai diputuskan Majelis Syura PKS. “Siapa bilang dukung SBY?” kata Tifatul dalam perbincangan dengan VIVAnews, Jumat 3 April 2009. “Ada usulan dari kader dan simpatisan untuk dukung SBY, tapi belum ada keputusan,” katanya. Jadi pernah dalam kampanyenya, Tifatul bertanya pada massa, apakah sudi PKS berkoalisi dengan PDIP. “Mereka jawab “no way”,” kata Tifatul. Lalu ditanyakan, sudikah PKS berkoalisi dengan Golkar, jawabannya juga “no way”. Lalu, “Sudikah PKS koalisi dengan SBY?” kata Tifatul. “Mereka jawab “yes”,” katanya lagi. “Ini spontan, tapi belum merupakan keputusan PKS, nanti diputuskan Majelis Syura PKS pasca-Pemilu legislatif,” katanya. PKS pun terbuka soal dukungan terhadap Yudhoyono itu mengingat batas waktu melakukan pengajuan calon presiden dan wakil presiden sangat terbatas. “I Putu Artha dari KPU bilang bahwa waktu untuk memutuskan koalisi pasca-Pemilu legislatif hanya ada tiga hari, jadi komunikasi dan penjajakan harus segera dimulai,” katanya. Tifatul dalam beberapa kali kampanye memang menyinggung tentang dukungan massa dan kader partainya pada Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono. Sementara mantan Presiden PKS, Hidayat Nur Wahid, menyatakan dukungan masih terbuka untuk siapa saja, karena belum ada putusan resmi Majelis Syura PKS di mana Hidayat dan Tifatul menjadi dua dari 99 anggotanya. (VIVAnews/mj/www.suara-islam.com) |
28 March 2009
Blog Penghina Nabi Muncul Lagi dan Belum Ditutup
Blog Penghina Nabi Muncul Lagi dan Belum Ditutup |
Posted : Sabtu, 14-03-2009 | 16:43:55 WIB |
Masih ada saja orang yang ingin menghina Nabi Muhammad, orang yang mulia. Sebuah blog baru muncul dengan nada yang sangat kotor, memberikan penghinaan pada Nabi kebanggaan umat Islam. Tidak seperti sebelumnya blog penghina Nabi Muhammad SAW terdahulu yang langsung ditutup, maka untuk blog yang beralamat di teswordpress.wordpress.com belum juga diblokir, bahkan penulisnya masih bisa memasukan postingan baru. Postingan di blog yang penuh dengan kebencian terhadap Muhammad SAW yang mulia ini, terakhir ditulis pada tanggal Kamis 12 Maret 2009. Di postingan terbarunya, si penulis mengajak agar pada Pemilu 2009 mendatang untuk tidak golput. Akan tetapi, isi di blog tersebut masih saja menjelek-jelekkan Muhammad SAW sebagai pedofil dan utusan Setan Lucifer. Di dalam tulisan itu juga menunjuk salah satu peserta partai pemilu sebagai partai yang harus dipilih. Dalam pantauan, Sabtu (14/3/2009), selain ada postingan baru, tampilan latarbelakangnya juga berubah. Ini seolah menunjukan kalau penulis blog ini tidak takut dengan penolakan sebagian besar umat Islam yang terluka karena isi tulisannya. Belum ditutupnya blog ini, menjadi pertanyaan apakah pemerintah tidak serius untuk memblokir blog-blog negatif seperti ini. Sebelumnya, salah satu penggiat blog yang juga Bapak Blogger Indonesia Enda Nasution akan segara mengirimkan surat kepada Wordpress agar blog tersebut segera ditutup (muslimdaily.net/rmd/okz) |
23 March 2009
Ngototnya pengikut Ahmadiyah
Ngototnya pengikut Ahmadiyah
•22/03/2009 • No Comments (Edit)Pagi tadi, masuk ke dalam comment atas artikel yang saya upload, megenai ahmadiyah. Komentar yang disampaikannya tentu saja pembelaan atas Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi dengan berbagai dalih.
Dengan fasilitas dunia maya ini, dakwah mereka akan terus berlanjut, mempengaruhi logika kaum muslimin agar mau menerima keberadaan MGA sebagai tokoh Islam. Namun sayang di Indonesia tidak ada yang berani bertindak membubarkan ahmadiyah, bahkan presiden sekalipun. Bahkan kita menyaksikan bahwa logika berpikir kita dicoba untuk dibolak balik dengan dilakukannya voting terhadap anggota watimpres yang memang anggotanya hampir semuanya tidak faham Islam, hanya pak Ma’ruf Amin saja yang setuju pembubabaran ahmadiyah. Sampai detik inipun tidak tampak tanda tanda keberanian pemerintah/presiden untuk mengambil langkah pembubarannya. Tampaknya memang diperlukan seorang presiden yang benar benar Islam Kaffah,agar persoalan yang hukum hukum Islam yang telah baku tidak di tabrak tabrak lagi.
Di bawah ini saya kutipkan komentar tersebut di atas.
>>
Dear readers,
Here I present the verdicts and views on the issue of over a dozen celebrities of Islam, who represent all time periods starting from contemporaries of Hadhrat Muhammad, peace and blessings of Allah be upon him, to the time of Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, peace be upon him, founder of the Ahmadiyya Movement in Islam. None of these people belonged to the said movement, since the latter did not even exist then. Yet, the opinions they held, are contrary to present non-Ahmadiyya views. Take a look at the following names, and see if any bells ring in your minds — regarding their status in the Muslim world in their being great scholars of authority and also, note their respective time periods:
1. Ummul Mo’mineen, Hazrat Ayesha Siddeeqa R.A., (death year 58 A.H.) (the Prophet Muhammad’s (pbuh) blessed consort) 2. Imam Raaghib Al Isfahani (RA) (died 502 A.H.) 3. Hazrat Syyed Abdul Qaadir Jilaani, AR (died 562 A.H.)
(This scholar was also Mujaddid of the 6th century)
4. Hazrat Mohiyyuddin Ibni ‘Arabi, AR (died 638 A.H.) 5. Hazrat Maulana Jalaaluddin Roomi (died 672 A.H.) 6. Hazrat Syed Abdul Karim Jilaani, AR (died 767 A.H.)
7. Imam Abdul Wahhab She’raani AR (died 976 A.H.) 8. Imam Muhammad Tahir, AR (died 986 A.H.) 9. Al Imam Ali Qaari AR (died 1014 A.H.) 10. Hazrat Shah Waliyullah Muhaddith of Delhi, AR (died 1176 A.H.) 11. Hazrat Maulvi Abdul Haye of Lakhnow, AR (died 1304 A.H.) 12. Hazrat Maulvi Muhammad Qaasim of Nanauta, AR (died 1307 A.H.)
(founder of the Deoband school)
13. Nawab Siddeeq Hasan of Bhopal, AR (died 1307 A.H.)
These towering figures in Islam have given their verdict about how Muslims should interpret “Khatam-an-Nabiyyeen” (Seal of the Prophets). All of them believed in the continuation of prophethood.
Hazrat Ayesha Al Siddeeqah (ra)
First of all, Hazrat Ayesha Al Siddeeqah’s verdict:
“QOOLOO INNAHU KHATAMUL ANBIYAA’I WA LAA TAQOOLOO LAA NABIYYA BA’DAHU”
(Takmilah Majma’ul Bihaar, p. 85)
“Say he is ’seal of prophets’ but do NOT say ‘there is no prophet after him’”
It appears that she knew that the statement could easily be misconstrued, and to the effect, presented her valued clarification.
Imam Raaghib Al Isfahaani
Our second hero, the saint Imam Raaghib Al Isfahaani, Rehmatullah Alaih wrote:
“Prophethood is of two kinds, general and special. The special prophethood, viz: the law-bearing prophethood is now unattainable; but the general prophethood continues to be attainable.”
(Bahr al Muheet, vol. 3, p. 28)
The “general” kind of prophethood is also the one that Ahmadi Muslims believe continues, and not the law-bearing one.
Hazrat Sayyed Abdul Qaadir Jilaani
The founder of the “Qadiriyya” school, Hazrat Sayyed Abdul Qaadir Jilaani (R.A.) wrote:
“These attributes are found in the Holy Prophet in the highest abundance, peace and blessings of Allah be upon him. That is the reason why he is called Khataman Nabiyyeen.”
(Tuhfa Mursala Shareef: p. 5)
This, indeed is the exact same view that Ahmadi Muslims hold, about the expression of Khataman Nabiyyeen, yet, they are singled out by a lot of modern day Muslims as non-Muslims. Why not expel Hazrat Jilaani from Islam first, since he held this view first?
Hazrat Mohiyyuddin Ibni Arabi
Hazrat Mohiyyuddin Ibni Arabi (Rehmatullah Alaihi) wrote:
“’ISAA ALIHIS SALAAMU YANZILU FEENA HAKAMAN MIN GHAIRI TASHREE’IN WA HUWA NABIYYUN BILAA SHAKKIN”
(Fatoohati Makkiyyah, vol. 1, p. 570)
“Jesus, may peace be upon him, will descend upon us as a Hakam, without a law and will be a prophet without any doubt.”
Then he writes:
“That prophethood which ended with the advent of the Prophet (pbuh), is only law-bearing prophethood and not the status of prophethood. Thus now there will be no law that cancels the law of the Prophet (pbuh) or that adds to its commandments”
(Fatoohaati Makkiyyah, vol. 2, p. 3)
Then he writes:
“FAMARTAFA’ATIL NUBUWWATU BIL KULLIYYATI LIHAAZA QULNAA INNA MA-ARTAFA’TU NUBUWWATAT TASHREE’I FA HAAZA MA’ANI ‘LAA NABIYYA BA’DAHU”
“Thus prophethood has not been totally abolished. This is why we have said that only law-bearing prophethood has been abolished and this is what is the meaning of (the Hadith) ‘there is no prophet after him’ “
Hazrat Maulana Room
The great saint, Hazrat Maulana Room (Rehmatullah Alaihi) writes:
“Make such plans to perform righteousness in the way of God that you attain prophethood within the Ummat (religious community)”
Hazrat Sayyed Abdul Kareem Jilani
Hazrat Sayyed Abdul Kareem Jilani, the renowned mystic of the 8th century of Hijra wrote:
“Hazrat Muhammad, peace and blessings on him, is the Khataman Nabiyyeen because he attained the highest perfection which no prophet ever did”
(Al Insaanul Kaamil: vol. 1, Ch 36. Pg 69)
Clearly, the controversial expression “khataman nabiyyeen” according to him, was not based on the Prophet’s (pbuh) being last.
Hazrat Imam Abdul Wahhab She’raani
Hazrat Imam Abdul Wahhab She’raani (Alaihir Rehmah) wrote:
“FA INNA MUTLAQAN NUBUWWATI LAM TARTAFI’ WA INNAMARTAFA’AT NUBUWWATUL TASHREE’I”
(Al Yawaaqeetu Wal Jawaahir: pg 27, argument # 3)
“Thus, without doubt, …… prophethood has not been abolished and it is only law-bearing prophethood that is abolished”
Hazrat Imam Muhammad Tahir
Hazrat Imam Muhammad Tahir, commenting on Hadhrat Ayesha’s (ra) statement: say he is Khataman Nabiyyeen but do not say there is not prophet after him:
“HAZA NAAZIRUN ILAA NUZOOLI ‘ISAA WA HAZA AIZAN LAA YUNAA FEE HADEETH LA NABIYYA BA’DEE LI ANNAHU ARAADA LAA NABIYYA YANSAKHU SHAR’AHU”
(Takmilah Majma’ul Bihaar, pg 85)
“This saying is based on the fact that Jesus is going to descend (as prophet) and it is not against the Hadith ‘there is no prophet after me’ because the Prophet (pbuh) meant ‘there will not be any prophet who would cancel his law.”
Hazrat Imam Ali Qaari
Hazrat Imam Ali Qaari (Alaihir Rahmah), an Imam of the Hanafi school and a renowned interpreter of Hadeeth, wrote:
“That there is no revelation after the Holy Prophet (pbuh) is false; there is no truth in it. Yes! in the Hadith are the words ‘La Nabiyya Ba’di’ which, according to scholars, means that there will not be such a prophet in the future who brings such a law that abrogates that of the Holy Prophet (pbuh).”
(Al Ishaa’at Fil Sharaatis Saa’ah, pg 226)
Hazrat Shah Waliullah
Hazrat Shah Waliullah Muhaddith of Delhi (Alaihir Rahmah), the Mujaddid of the 12th century and given the title of “Khatamal Muhadditheen” by some writers was of the following view:
“KHUTIMA BIHIN NABIYYOONA AI LAA YURJADU MAN YA’MURUHULLAHU SUBHAANAHU BITTASHREE’I ‘ALANNAASI”
(Tafheemati Ilaahiyyah, Tafheem # 53)
“The ending of prophets at the advent of the Holy Prophet means that after him, there can be no such person as would be given a law by the Almighty Allah and sent to the people.”
Hazrat Maulvi Abdul Haye
Hazrat Maulvi Abdul Haye of Lacknow writes:
“After the Holy Prophet (pbuh) or during his time, for a prophet to appear is not improbable”
(Daafi’ul Wasaawis Fee Athar Ibn Abbaas, New Edition, pg 16)
Maulvi Muhammad Qaasim
Maulvi Muhammad Qaasim of Nanauta (Rehmatullah Alaih) who was the founder of the Deoband Seminary, an organization now viewed with respect by anti-Ahmadiyya organizations, also believed in the views such as the ones I am presenting here. He stated:
“According to the layman, the Messenger of Allah, peace and blessings on him, being Khatam is supposed to have appeared after all the other prophets. But men of understanding and the wise know it very well that being the first or the last, chronologically, does not carry any weight. How could, therefore, the words of the Holy Quran ‘But he is the messenger of Allah and the Seal of Prophets (33.41)’ mean to glorify him? But I know very well that none from among the Muslims would be prepared to agree with the common men”
(Tahzeer-ul-Naas: pg 3)
Nawab Siddique Hasan Khan
Also, among recent scholars, Nawab Siddique Hasan Khan of Bhopal, who was the leader of the Ahle Hadith in India wrote:
“The Hadith ‘La Wahya Ba’da Mautee’ is baseless, although ‘La Nabiyya Ba’adee’ is quite correct, which, according to people with knowledge, means that ‘there shall be no prophet after me who shall be raised with a new code of Law which shall abrogate my law’.”
(Iqtarabus Saa’at: pg 162)
This list is by no means exhaustive but representative and even so, partially. I shall leave you with a joint statement agreed upon by two scholars, Hazrat Imam Muhammad bin Abdul Baqee and Ibni ‘Asakar, which has impressed me so much with the beauty of their words that I present it to you as a closing statment, and I think what they said could not have been said better. As background knowledge, let me mention that one meaning of “Khatam” is finger-ring:
“The meanings of KHATAMAN NABIYYEEN are that the Holy Prophet, in his physical and spiritual build, is the most charming and lovable personality, peace be upon him. This is because the glory and the spiritual magnitude of all the prophets is manifested through him and he can be likened to the beautiful ring worn for adornment.”
(Zarqani Sharah Mwahabul Luddunia: vol. 3, pg 163 and Sehlul Huda wal Irshad: pg 55)
I have seen a lot of the actual books of these scholars with my own eyes — where? — in the office of a friend of my father, Dost Muhammad Shahid, who is the official historian of the Ahmadiyya Movement in Islam. I wonder if I shall ever see him again because I heard that he is imprisoned in Pakistan, in offense of having written verses of the Holy Quran. If an Ahmadi Muslim does this in Pakistan, or just “poses as a Muslim”, he/she is liable to imprisonment.
I think I have made my case pretty fairly. I have written this series of articles not with the intention to “show off” that my understanding of the subject is better than any one else’s; it could be worse. I have tried to restrict myself to brief comments, giving most of the length to quotations. The treasure of knowledge given to us by these great scholars is our common heritage. At the time they made their invaluable contributions to knowledge, there was no Ahmadi or non-Ahmadi Muslim. I expect that readers will try to keep all hatred, malices, dislikes, prejudices and veils on hearts aside while doing the reading. Clearly, there is a wealth of information on the subject of finality or continuity of prophethood, which ever is the case. The purposes of this series has been to advance scholarship, uncover some less talked-about issues, reduce distance between people opposed to each others’ views and begin a new round of discussion which, I hope, would be free of flames, like these articles of mine have been.
Peace be upon one who follows guidance.
Regards To Readers,
Copied from “On finality of Prophethood” by Rasheed A. Khan, Boston, Massachusettes, U.S.A. - Material © 1995-98 Ahmadiyya Muslim Community
Posted in Luruskan Akidahmu Tags: ahmadiyah, mirza ghulam ahmad
18 March 2009
Ribuan Manuskrip Islam Kuno Tersimpan di Perpustakaan Universitas AS
Ribuan Manuskrip Islam Kuno Tersimpan di Perpustakaan Universitas AS
Selasa, 17/03/2009 14:42 WIB Cetak | KirimDepartemen Perpustakaan untuk buku-buku langka di Universitas Princeton, AS ternyata menyimpan ribuan manuskrip Islam yang ditulis dalam bahasa Arab, Persia, Turki Ustmani dan bahasa-bahasa lainnya dari berbagai negara Muslim di dunia.
Saat ini ada sekitar 9.500 manuskrip Islam yang tersimpan di Library's Departemen of Rare Books and Special Collection, Universitas Princeton. Dari jumlah tersebut, 200 manuskrip pilihan di sediakan dalam bentuk online sehingga mudah diakses bagi siapa saja yang ingin melakukan penelitian.
Don Skemer, kurator manuksrip kuno mengatakan, Universitas Princeton adalah salah satu lembaga yang memiliki banyak koleksi manuskrip penting dan terbaik di dunia. Akses online terhadap 200 manuskrip Islam pilihan itu, kata Skemer, adalah bagian dari proyek digitalisasi katalog manuskrip-manuskrip Islam yang sudah dimulai sejak tahun 2005. Nantinya, seluruh manuskrip akan dikatalogkan secara online dilengkapi dengan informasi tentang penulis dan isi manuskrip untuk membantu para peneliti apakah akan memesan salinan dalam bentuk mikro film atau hanya perlu datang sendiri ke perpustakaan.
"Digitalisasi katalog manuskrip-manuskrip Islam secara khusus dilakukan agar perpustakaan bisa meningkatkan aksesnya terhadap koleksi-koleksi manuskrip yang sangat penting dan memberikan kesempatan bagi dunia untuk ikut membacanya lewat teknologi digital," jelas Skemer.
Michael Cook, seorang profesor bidang studi Timur Jauh dan pakar Islam di Amerika menyambut proyek digitalisasi katalog manuskrip-manuskrip Islam di Universitas Princeton. "Perpustakaan online menandai kemajuan dalam hal layanan informasi tentang perkembangan manuskrip, di mana setiap orang bisa mengaksesnya lewat intenet," ujarnya.
Manuskrip-manuskrip Islam yang tersimpan di Universitas Princeton adalah manuskrip-manuskrip bersejarah yang dari masa awal perkembangan Islam sampai jatuhnya dinasti Turki Ustmani yang menandai berakhirnya kekhilafahan Islam. Manuskrip-manuskrip itu berupa ensiklopedi, sejarah, biografi, literatur, buku-buku seni, ilustrasi, tentang hal-hal ghaib, astrologi, astronomy, matematika, kedokteran dan berbagai tulisan ilmiah serta spiritual dari berbagai belahan dunia Islam, mulai dari Spanyol, Afrika, Timur Tengah, India dan Indonesia.
Perpustakaan itu juga menyimpan manuskrip-manuskrip pilihan yang ditulis dalam bahasa Persia serta gambar-gambar miniatur jaman Mughal dan kaligrafi dari abad ke-18. (ln/isc/PU)
Konsep Trinitas Tak Masuk Akal, Kathryn Memilih Islam
Konsep Trinitas Tak Masuk Akal, Kathryn Memilih Islam
Cetak | Kirim | RSS Senin, 16/03/2009 17:27 WIBKathryn Bouchard dibesarkan dalam lingkungan keluarga Katolik yang moderat. Kedua orangtuanya adalah guru sekolah Katolik. Hubungan antar keluarg mereka terbilang akrab satu sama lain. Kathryn yang asal Kanada menghabiskan masa remajanya di London dan Ontario. Seperti penganut Katolik lainnya, ia pergi ke gereja setiap hari minggu, sekolah di sekolah Katolik hingga ke jenjang universitas. Kathyrn kuliah di Brescia University College, sebuah perguruan tinggi Kristen khusus perempuan yang berafiliasi dengan Universitas Western Ontario.
"Meski saya dibesarkan dalam lingkungan Katolik, orangtua mendorong saya untuk berteman dengan beragam orang dari berbagai latar belakang dan boleh menanyakan apa saja berkaitan dengan kehidupan dan agama," kata Kathryn.
Konsep Trinitas Yang Tak Masuk Akal
Ia mulai mempelajari agama-agama dalam usia yang relatif masih mudah ketika ia berusia 16 atau 17 tahun dan masih duduk di sekolah menengah. Kathryn mengatakan, ia tidak mau menjadi bagian dari sebuah agama hanya karena ia sudah menganut agama itu sejak ia dilahirkan. Itulah sebabnya, Kathryn tidak sungkan mempelajari beragam agama mulai dari Hindu, Budha sampai Yudaisme. Ketika itu, ia hanya sedikt saja mengeksplorasi agama Islam.
Alasan Kathryn mempelajari beragam agama, salah satunya karena banyak hal dalam ajaran Katolik yang tidak dipahami Kathryn. "Kami sering kedatangan pendeta di sekolah dan kami melakukan pengakuan dosa. Saya pernah bertanya pada seorang pendeta,'Saya betul-betul tidak paham dengan konsep Trinitas. Bisakah Anda menjelaskannya?' Tapi pendeta itu menjawab 'Yakini saja'. Mereka tidak memberikan jawabannya," tutur Kathryn.
Ia belum mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang konsep Trinitas dalam agama Kristen, hingga ia di bangku kuliah dan mempelajari berbagai ilmu di seminari dan mempelajari teologi agama Katolik.
"Jika saya menanyakan tentang Trinitas, mereka akan menjawab 'ayah dan ibumu saling mencintai, ketika mereka memiliki anak, itu seperti tiga dalam satu dengan identitas berbeda'. Jadi, banyak sekali analogi yang diberikan untuk menjelaskan bagaimana Yesus bisa menjadi Tuhan dan menjadi anak Tuhan dan menjadi dirinya sendiri. Saya pikir banyak penganut Kristen yang menerima konsep ini tanpa memahaminya, " ujar Kathryn.
Ia lalu menanyakan konsep Trinitas ke beberapa temannya dan ia mendapat jawaban bahwa konsep Trinitas ada dan ditetapkan sebagai dasar kepercayaan dalam agama Kristen setelah Yesus wafat. Sebuah jawaban yang mengejutkan Kathryn, karena itu artinya semua dasar dalam ajaran Kristen adalah ciptaan manusia. Yesus semasa hidupnya tidak pernah bilang dirinya adalah anak Tuhan dan tidak pernah mengatakan bahwa dirinya Tuhan.
"Saya membaca Gospel Mathias pertama dan dalam Gospel itu Yesus tidak direferensikan sebagai anak Tuhan, tapi anak seorang manusia. Tapi dalam Gospel yang ditulis setelah Yesus wafat, banyak sekali disebutkan bahwa Yesus adalah anak Tuhan. Dan disebutkan pula bahwa ada alasan politis dibalik argumen konsep Trinitas," papar Kathryn.
Ia melanjutkan,"Saya juga menemukan bahwa Yesus berdoa dan memohon pertolongan pada Tuhan. Jika Yesus minta pertolongan pada Tuhan, lalu bagaimana Yesus bisa menjadi Tuhan. Ini tidak masuk akal buat saya."
Mengenal Islam
Setelah menyelesaikan studinya di Ontario, Kathryn pindah ke Montreal dan di kota ini ia bertemu dengan banyak Muslim dari berbagai latar belakang mulai dari Eropa, Afrika dan Karibia. Keberagaman ini membuka mata Kathryn bahwa pemeluk Islam ternyata berasal dari berbagai latar belakang kebangsaaan. Fakta ini mendorongnya untuk lebih banyak belajar tentang Muslim dan latar belakang mereka.
Kathryn mulai membaca banyak referensi tentang Islam. Tapi ia menemukan bahwa contoh-contoh ekstrim tentang Islam di internet sehingga ia sempat berkomentar "Saya tidak mau menjadi bagian dari agama ini (Islam)." Oleh sang ayah, Kathryn disuruh terus membaca karena menurut sang ayah, dalam banyak hal sering terjadi salah penafsiran.
Kathryn pun melanjutkan pencariannya tentang Islam. Ia bergabung dengan situs "Muslimahs", sebuah situs internasional yang beranggotakan para Muslimah maupun para mualaf dari berbagai negara. Dari situs inilah ia banyak belajar dan bertanya tentang Islam.
Kathryn mengatakan banyak hal yang ingin ia ketahui tentang ajaran Islam. Misalnya, apa saja persamaan dan perbedaan ajaran Islam dan Kristen, bagaimana posisi Yesus dalam Islam, siapa Nabi Muhammad, masalah poligami dan berbagai isu Islam yang muncul pasca serangan 11 September 2001 di AS.
Selama kuliah di Montreal, Kathryn belajar banyak hal tentang Islam. Ketika ia pulang ke London, orangtuanya mengira bahwa Kathryn hanya rindu kembali ke rumah dan bukan untuk memperdalam minatnya pada Islam. Kathryn lalu membeli al-Quran dan buku-buku hadist. Pada ayahnya, ia bilang bahwa al-Quran bukan buatan manusia, ketika membaca al-Quran sepertinya Tuhan sedang bicara pada kita.
"Anda merasa bahwa ada juga kebenaran yang ditulis dalam alkitab, tapi Anda tidak akan merasa bahwa itu semua tidak ditulis langsung oleh Tuhan. Sedangkan al-Quran, Anda akan merasakan kebenaran yang sesungguhnya," ujar Kathryn.
"Saya juga menemukan banyak ilmu pengetahuan yang sudah lebih dulu diungkap oleh al-Quran dan baru muncul kemudian dalam kehidupan manusia. Saya pikir, al-Quran diturunkan pada manusia dengan tingkat emosional dan logis. Islam mendorong umatnya untuk berpikir dan mencari ilmu," sambung Kathryn.
Kathryn pun mulai belajar salat, datang ke ceramah-ceramah agama dan mengontak masjid terdekat untuk mencari informasi apakah masjid itu punya program untuk orang-orang sepertinya dirinya, yang berminat pada agama Islam.
"Pertama kali saya masuk ke masjid, saya menangis. Saya merasakan ada energi yang begitu besar yang tidak saya rasakan ketika saya ke gerejat," kisah Kathryn yang kemudian belajar membaca al-Quran di masjid itu. Ia terus belajar dan bergaul dengan para warga Muslim. Sedikit demi sedikit, Kathryn bisa mengubah gaya hidupnya.
Ditanya apakah orangtuanya keberatan dengan perubahan dirinya. Kathryn mengaku butuh waktu cukup panjang untuk meyakinkan orangtuanya bahwa ia tidak menjauh dari keluarganya jika memeluk Islam.
Mengucap Dua Kalimat Syahadat
Kathryn mengungkapkan bahwa ia sendiri tidak pernah menyangka akhirnya memutuskan masuk Islam dan itu semua terjadi begitu saja. Saat itu, di bulan Juni tahun 2008, seperti biasanya ia datang ke pengajian mingguan di sebuah Islamic Center. Ia sama sekali berniat mengucapkan dua kalimat syahadat hari itu. Tapi ketika ia tiba di gedung Islamic Center, banyak sekali orang-orang yang telah ia kenal hadir.
Hari itu, tema pengajian adalah umrah. Banyak anak-anak muda Muslim yang datang dan menceritakan pengalaman mereka ikut umrah serta bagaimana hidup mereka berubah setelah umrah. Pengajian dibimbing oleh Dr Munir El-Kassem. Saat Dr El-Kassem bertanya apakah ada diantara para hadirin yang ingin mengajukan pertanyaan, Kathryn dengan spontan mengangkat tangan dan berkata,"Bisakah saya mengucapkan syahadat?" Kathryn sempat kaget sendiri dengan pertanyaan itu karena ia merasa tidak merencanakannya. Semua terjadi begitu saja, spontan.
"Seketika ruangan menjadi sunyi dan saya pikir Dr El-Kassem juga terkejut. Saya memang mengenakan kerudung setiap kali datang pengajian sebagai bentuk penghormatan saya pada Islam. Dr El-Kassem lalu meminta saya maju ke depan dan menceritakan di depan hadirin bagaimana saya bisa sampai pada Islam," tutur Kathryn.
Kathryn mengaku gemetar ketika mengucapkan dua kalimat syahadat. "Tapi saya merasa hati saya begitu lapang, penuh dengan cahaya ibarat sebuah pintu hati yang terbuka. Saya mereka sudah mengambil jalan yang benar," ungkap Kathryn.
Itulah hari bersejarah bagi Kathryn, hari dimana ia memulai kehidupan sebagai seorang Muslimah. Tahun pertama menjalankan puasa di bulan Ramadhan, diakui Kathryn sangat berat. Namun ia merasa bahagia setelah menjadi seorang Muslim. Kathryn mengaku hidupnyan lebih teratur, disiplin dan sehat karena ia tidak lagi makan daging babi dan minum minuman beralkohol. Kathryn juga mengatakan bahwa ia kini tahu apa sebenarnya tujuan dan mau kemana arah hidupnya. (ln/iol/readislam)
13 March 2009
Indonesiaku malang
Catatan : Itulah akibat dari sistem pemerintahan sekuler yang diterapkan di Indonesia, yang selama ini masih sedikit yang memperjuangkannya, bahkan oleh partai Islam sekalipun. Mereka saat ini justru sedang menikmati syahwat pemilu yang sebentar lagi akan memberi kedudukan dan status sosial yang akan makin menjauhkannya dari ‘jalan yang lurus’, makin dalam penyakit wahn diderita, makin jauh dari jalan Allah Azza wa Jalla.
Bagaimana partai partai Islam?, kemana saja kamu?, masih tidur dan bermimpi kedudukan dunia yang akan kau kejar ?
Awas, Gerilya Mengubah Hukum Islam
Israel Menghancurkan Kuburan di Al Quds
dakwatuna.com - Al Quds, Lembaga Al-Aqsha untuk Wakaf dan Peninggalan Bersejarah berhasil mengungkap rencana-rencana Israel yang jelas-jelas ingin menghilangkan apa yang tersisa dari kuburan Islam bersejarah Makmanullah di sebelah barat al-Quds. Selain itu mereka menemukan bahwa kaum ekstrim Israel melakukan tindakan-tindakan aneh terhadap kuburan kaum Muslimin.
Ir. Zaki Igbariah, ketua lembaga ini menegaskan dalam penyataannya kemarin kepada Infopalestina bahwa tidak mungkin apa yang dialami oleh kuburan Makmanullah berupa pelanggaran terus-menerus kecuali di sana ada rencana dari pihak rahasia Israel yang ingin menghancurkan kuburan itu dan menghilangkan tanda-tandanya.
Ia mengisyaratkan bahwa sudah puluhan kuburan ditutup Israel di makam Makmanullah dengan rumputan kering dan kayu sisa serutan, atau penggalian mayat yang ada dalam kuburan.
Igbariah menegaskan bahwa sebuah tim dari lembaganya sudah melakukan pengawasan di lapangan yang ditemani oleh Ir. Mustafa Abu Zahrah, ketua komisi “pengawasan kuburan kaum Muslimin” di kota Al-Quds. Ia mengatakan bahwa mereka menyaksikan pelanggaran besar-besaran di kuburan Makmanullah. Di antaranya berupa penggalian dan pemindahan dua kuburan, penggalian dua terowongan besar di bawahnya. Selain itu mereka melepas dan menghancurkan sejumlah tanda sejumlah kuburan. Mereka juga menyaksikan kelompok yahudi ekstrim buang air besar di atas kuburan. Selain itu, yahudi juga memasukkan mobil buldoser dan mobil pengangkut sampah berupa rumput kering dan sisa kayu serutan untuk menutup sejumlah kuburan. Lebih dari itu, organisasi Fazenland Amerika Israel juga melakukan pelanggaran berupa penggalian kuburan dan pemindahan tulang belulang mayat kaum muslimin dengan dalih akan didirikan apa yang disebut museum toleransi di atas tanah kuburan Makmanullah.
Ia mengisyaratkan bahwa pihak Yahudi pada malam hari memasuki bagian tersisa dari kuburan Makmanullah dan mulai melakukan aksi penghancuran terhadap puluhan kuburan. Ia meminta agar dipercepat melakukan sejumlah aksi pencegahan untuk menjaga kehormatan kuburan ini.
Di sisi lain, Ir. Abu Zahrah menegaskan bahwa pelanggaran terhadap kuburan kuno yang usinya lebih dari 700 tahun ini merupakan kejahatan hina siapapun pelakunya. Tindakan ini mencerminkan kebencian dan kedengkian serta buta hati pelakunya. Ia meminta agar tindakan pelecehan dan penggalian kuburan ini dihentikan segera. (ip/ut)
11 March 2009
85 Tahun Umat Islam Hidup tanpa kekhalifahan
watch documentary "fall of khilafah"
Tidak banyak muslim yang tahu bahwa 85 tahun yang lalu telah terjadi sebuah peristiwa yang sangat mempengaruhi perjalanan kehidupan umat Islam di seantero dunia. Persisnya pada tanggal 3 Maret 1924 Majelis Nasional Agung yang berada di Turki menyetujui tiga buah Undang-Undang yaitu: (1) menghapuskan kekhalifahan, (2) menurunkan khalifah dan (3) mengasingkannya bersama-sama dengan keluarganya. Turki pada masa itu merupakan pusat pemerintahan Khilafah Islamiyah terakhir. Kekhalifahan terakhir umat Islam biasa dikenal sebagai Kesultanan Utsmani Turki alias The Ottoman Empire, demikian penyebutannya dalam kitab-kitab sejarah Eropa. Kekhalifahan Utsmani Turki merupakan kelanjutan sejarah panjang sistem pemerintahan Islam di bawah Ridha dan Rahmat Allah Yang berawal jauh ke belakang semenjak Nabi Muhammad pertama kali memimpn Daulah Islamiyyah (Tatanan/Negara Islam) Pertama di kota Madinah. Secara garis besar kita dapat membagi periode sejarah kepemimpinan Islam ke dalam lima periode utama berdasarkan sebuah Hadits Shahih Nabi riwayat Imam Ahmad. تَكُوْنُ النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَا شَاءَ ا للهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ اَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا عَاضًا ، فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا جَبَّرِيًّا ، فَتَكُوْنَ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، ثُمَّ سَكَتَ �Periode an-Nubuwwah (kenabian) akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang periode khilafatun �ala minhaj an-Nubuwwah (kekhalifahan atas manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta�aala mengangkatnya, kemudian datang periode mulkan aadhdhon (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa, selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta�aala, setelah itu akan terulang kembali periode khilafatun �ala minhaj an-Nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam,� (HR Ahmad 17680). Periode pertama adalah Kepemimpinan langsung Nabi Muhammad yang disebut sebagai masa An-Nubuwwah (Kenabian). Periode kedua merupakan Kepemimpinan para sahabat utama yakni Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattb, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib yang dikenal dengan julukan Khulafaur Rasyidin (Para khalifah yang adil, jujur, benar dan terbimbing oleh Allah SWT). Di dalam hadits tersebut periode ini dikenal sebagai periode Khilafatun �ala Minhaj An-Nubuwwah (Kekhalifahan yang mengikuti Manhaj/Sistem/Metode/Cara Kenabian). Sesudah itu, kata Nabi, pada periode ketiga umat Islam akan mengalami kepemimpinan para Mulkan �Aadhdhon (Para Raja/Penguasa yang Menggigit). Kepemimpinan para Mulkan �Aadhdhon (Para Raja/Penguasa yang Menggigit) merupakan periode dimana umat Islam memiliki para pemimpin yang tetap mengaku dan dijuluki sebagai para Khalifah. Mereka masih menyebut pemerintahannya sebagai Khilafah Islamiyyah (Kekhalifahan Islam), namun pola suksesi seorang khalifah kepada khalifah berikutnya menggunakan cara pewarisan tahta laksana sistem kerajaan turun-temurun. Periode ini bisa dikatakan merupakan periode paling lama dalam sejarah Islam, ia berlangsung sekitar tigabelas abad, semenjak Daulat Bani Umayyah, lalu Daulat Bani Abbasiyyah dan berakhir dengan Kesultanan Utsmani Turki. Itulah sebabnya mereka dijuluki oleh Nabi sebagai para Mulkan atau Raja-raja.10 March 2009
Mossad Terlibat Dalam Serangan 11 September 2001
loose change + fables enemies
Sebuah artikel yang dimuat di mingguan American Free Press mengungkap keterlibatan agen intelijen Israel, Mossad dalam peristiwa serangan 11 September 2001 di AS. Yang mengejutkan, ketelibatan Mossad dalam serangan Black September itu lewat sepupu salah satu tersangka pelaku serangan 11 September. Artikel itu menyebutkan bahwa Ziad al-Jarrah, salah seorang tersangka pelaku serangan 11 September punya sepupu bernama Ali al-Jarrah yang sudah lama bekerja sebagai agen Mossad. Fakta ini membuktikan bahwa Mossad berperang dalam serangan terorisme tersebut. Sebelum mingguan American Free Press, sejumlah media massa AS sudah banyak yang mengungkap dugaan keterlibatan Israel dalam serangan teroris 11 September. Surat kabar New York Times misalnya, sudah menurunkan laporan tentang Ali al-Jarrah yang berkebangsaan Libanon. Menurut New York Times, al-Jarrah sudah bekerja sebagai mata-mata Israel selama lebih dari 20 tahun. Dan al-Jarrah sendiri kabarnya pernah mengakui bahwa ia pernah melakukan kegiatan mata-mata terhadap kelompok-kelompok pejuang di Palestina dan kelompok Hizbullah di Libanon, sejak tahun 1983.